Senin, 27 April 2015

Kebiasaan Negatif di Dalam Kelas dan Kaitannya dengan Manajemen Kelas


 Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambah canggihnya teknologi, pengertian kelas menjadi sangat luas. Kelas tidakhanya diartikan sebagai sebuah ruangan yang dibatasi oleh tembok semata. Tetapi kelas merupakan tempat dimana individu dapat melangsungkan kegiatan belajar mengajar dan melakukan transfer ilmu pengetahuan.
Berikut ini ada 2 gambar mengenai aktifitas siswa di kelas beserta analisis manajemen kelasnya. 

Gambar 1
Secara visual, gambar diatas menunjukkan suatu kelas di Sekolah Dasar (SD). Siswa berada di luar kelas. Ada tidaknya kegiatan pembelajarannya pun dipertanyakan “Ada atau tidak ada kegiatan belajar?, jika ada apakah kegiatan pembelajarannya efektif ?”. Kelas  tersebut dinamis, terlihat dengan berbagai macam siswa dengan karakteristik yang berbeda melakukan aktivitasnya masing-masing (menguap, bercerita dengan teman, garuk-garuk pipi, dsb), namun tanpa pengawasan guru. Mereka membaur bersama masyarakat, atau mungkin orang tua mereka.  Mereka terlihat mengantuk, tidak terkendali, lelah, tidak mempunyai motivasi dan gairah untuk belajar, serta berseragam lengkap tetapi tidak rapi.
Menurut gambar 1 diatas, dapat diindikasikan  bahwa tidak ada peran seorang  guru sebagai manager serta leader (Manager as a leader) dikelas. Hal ini dapat dilihat dengan berhamburannya peserta didik ke luar kelas tanpa kegiatan pembelajaran yang pasti, juga tanpa pengawasan guru yang seharusnya berperan sebagai pengendali kelas yang mengelola sumber daya emosional dan spiritual, mengelola sumber daya fisik yang dimiliki peserta didik, serta menerapkan dan mengembangkan kemampuan leadership yang dimiliki pendidik, agar tujuan pembelajaran yang telah ada dapat tercapai secara efektif dan efisien. Jika diamati kembali, kelas tersebut dinamis, dengan berbagai
keberagaman perilaku peserta didik (seperti disebutkan diatas), dilihat dari interaksi yang ada, namun cenderung kearah negative karena tidak menunjukkan indikasi usaha mencapai tujuan pembelajaran dengan program kelas yang terkoordinasi dengan baik, sehingga tujuan kelas tidak dapat tercapai secara efisien dan efektif. Kelas tersebut dapat dikategorikan sebagai kelas gaduh karena peserta didik cenderung tidak berdisiplin, ramai, perilaku mereka sulit dikendalikan, dan instruksi dan ancaman guru tidak mempan. Manajemen kelas juga tidak diterapkan secara baik oleh pendidik. Potensi dan keterlibatan peserta didik dalam seluruh kegiatan pembelajaran tidak maksimal. Pengelolaan aspek psikis oleh guru pun terabaikan, tidak ada penggairahan potensi kognitif, afektif, psikomotorik, juga tidak adanya penggairahan dan motiasi belajar serta kegembiraan siswa, sehingga hasil pembelajaran yang akan dicapai juga tidak akan maksimal.
Jika saya berada dalam situasi seperti pada gambar 1 diatas, sebagai seorang pendidik, hal yang akan saya lakukan adalah menerapkan manajemen kelas dengan Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Perencanaan Kelas
Mengobservasi keadaan kelas, sehingga tahu bagaimana kondisi psikologis dan kebutuhan peserta didik, lalu merancang kegiatan belajar dengan metode yang sesuai. Seperti konstruktivistik, dengan model pembelajaran cooperative learning. Sehingga siswa aktif dan tidak mengantuk. Selain itu tujan pembelajaran juga harus jelas.
2.      Pengorganisasian Kelas
Menciptakan iklim kelas yang positif dengan memberikan stimulus tertentu kepada siswa. Ruang kelas bisa dibuat lebih menarik dengan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar, pencahayaan yang baik, serta  mendekorasi kelas dengan tembok yang berwarna-warni dan tempat duduk yang dirubah secara berkala. Sehingga peserta didik tidak bosan serta selalu bersemangat dalam belajar dan mereka tertarik kepada materi yang akan dipelajari. Disini guru memenuhi perannya sebagai manajer kelas.
3.      Kepemimpinan Kelas
Dengan menggunakan metode yang sesuai, maka peserta didik terfasilitasi secara optimal, sehingga kebutuhan akademik mereka terpenuhi. Guru menerapkan kedisiplinan kepada siswa. Guru meningkatkan motivasi dengan bercerita atau dengan kuis, sehingga peserta didik senang dan mempunyai gairah untuk belajar. Dengan begitu, guru dapat menghandle kepemimpinan kelas dengan baik  atau sebagai leader yang baik.

4.      Pengendalian Kelas
Guru menggunakan berbagai metode konseling yang mampu melibatkan peserta didik mengoreksi sendiri perilaku yang tidak standar. Disini peran guru sebagai Manajer as a leader sangat dibutuhkan.
Selain itu, Guru juga melakukan kegiatan pembelajaran dengan mengedepankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dengan seimbang. Dengan begitu kelas dapat berjalan dengan baik, dinamis, dan kondusif. Sehingga dapat memaksimalkan potensi dan keterlibatan peserta didik dalam seluruh kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil semaksimal mungkin.


Gambar 2
Gambar 2 menunjukkan dua siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) tertidur di dalam kelas pada proses pembelajaran. Terdapat seorang guru yang sedang menerangkan pelajaran didepan kelas. Meskipun begitu, guru tetap melanjutkan proses pembelajaran tanpa menegur siswa yang terlelap itu. Kelas tidak dinamis, tidak ada interaksi guru dengan siswa. Komunikasi hanya satu arah, sehingga siswa bosan dan tertidur.
Gambar diatas dapat diasumsikan ,  bahwa peran seorang  guru sebagai manager serta leader (Manager as a leader) dikelas belum terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari kelas yang senyap dan tidak kondusif walaupun telah ada kegiatan pembelajaran. Walaupun guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran, namun hal ini tidak efektif. Siswa hanya sedikit menerima pelajaran, bahkan mungkin tidak sama sekali. Keterlibatan siswa sangat penting, karena dengan begitu siswa akan lebih memahami apa yang dipelajari karena ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Guru belum maksimal menjalankan perannya sebagai pengendali  kelas yang mengelola sumber daya emosional dan spiritual, mengelola sumber daya fisik yang dimiliki peserta didik, serta menerapkan dan mengembangkan kemampuan leadership yang dimiliki pendidik, agar tujuan pembelajaran yang telah ada dapat tercapai secara efektif dan efisien. Guru belum maksimal dalam  mencapai tujuan pembelajaran dengan program kelas yang belum terkoordinasi dengan baik, walaupun guru tersebut pasti sudah memiliki programnya sendiri, tapi dalam pelaksanaannya kurang maksimal, sehingga tujuan kelas tidak dapat tercapai secara efisien dan efektif. Kelas tersebut dapat dikategorikan sebagai kelas senyap dan tidak kondusif karena peserta didik cenderung pasif, bahkan tidur di dalam kelas, sedangkan guru tetap menerangkan pelajaran tanpa menegur, atau membuat atmosfir kelas lebih bergairah. Jika diamati, dapat diambil kemungkinan bahwa pembelajaran terlaksana dengan satu arah (hanya penyampaian materi bukan transfer pengetahuan). Guru tidak memenuhi tugasnya sebagai pendidik, tetapi hanya sebagai pengajar. Manajemen kelas juga tidak diterapkan secara baik oleh guru. Potensi dan keterlibatan peserta didik dalam seluruh kegiatan pembelajaran tidak maksimal. Pengelolaan aspek psikis oleh guru pun sangat terbatas, hanya potensi kognitif saja yang diberikan, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik ditinggalkan. Tidak adanya penggairahan dan motiasi belajar siswa, membuat hasil pembelajaran yang akan dicapai juga tidak akan maksimal.
Jika saya berada dalam situasi seperti pada gambar 2 diatas, sebagai seorang pendidik, hal yang akan saya lakukan adalah menerapkan manajemen kelas dengan Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.      Perencanaan Kelas
Mengobservasi keadaan kelas, sehingga tahu bagaimana kondisi psikologis dan kebutuhan peserta didik, lalu merancang kegiatan belajar dengan metode yang sesuai. Seperti konstruktivistik, dengan model pembelajaran mastery learning yang dikombinasikan dengan active learning. Sehingga siswa aktif, termotivasi dalam belajar, serta terdapat evaluasi rutin sehingga siswa dapat belajar dengan tuntas. Selain itu target pembelajaran harus ada dan jelas.
2.      Pengorganisasian Kelas
Menciptakan iklim kelas yang positif dengan memberikan stimulus tertentu kepada siswa. Ruang kelas bisa dibuat lebih menarik dengan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar, pencahayaan yang baik, serta  mendekorasi kelas dengan tembok yang berwarna-warni dan tempat duduk yang dirubah secara berkala. Sehingga peserta didik tidak bosan serta selalu bersemangat dalam belajar dan tertarik kepada materi yang akan dipelajari. Disini guru memenuhi perannya sebagai manajer kelas.
3.      Kepemimpinan Kelas
Dengan menggunakan metode yang sesuai, maka peserta didik terfasilitasi secara optimal, sehingga kebutuhan akademik mereka terpenuhi. Guru menerapkan kedisiplinan kepada siswa. Guru meningkatkan motivasi dengan bercerita atau dengan kuis, sehingga peserta didik senang dan mempunyai gairah untuk belajar. Siswa diajak untuk aktif dalam pembelajaran, dengan membagi mereka dalam beberapa kelompok ahli yang akan mempresentasikan materi mereka kepada siswa yang lain (jigsaw learning). Dengan begitu, guru dapat menghandle kepemimpinan kelas dengan baik  atau sebagai leader yang baik.
4.      Pengendalian Kelas
Guru menggunakan berbagai metode konseling yang mampu melibatkan peserta didik mengoreksi sendiri perilaku yang tidak standar. Guru tidak menggunakan pendekatan sosio-emosional sehingga siswa menyadari apa yang dilakukkannya tidak baik dan tidak mengulanginya lagi tanpa rasa terpaksa karena tekanan, tetapi karena kesadaran diri. Disini peran guru sebagai Manajer as a leader sangat dibutuhkan.
Selain itu, Guru juga melakukan kegiatan pembelajaran dengan mengedepankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dengan seimbang. Dengan begitu kelas dapat berjalan dengan baik, dinamis, dan kondusif. Sehingga dapat memaksimalkan potensi dan keterlibatan peserta didik dalam seluruh kegiatan pembelajaran untuk mencapai hasil semaksimal  mungkin. Selain itu kegiatan pembelajaran akan menyenangkan dan tidak menjemukan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar